Jumat, 06 Mei 2016

kebudayaan di Bangka Belitung

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kata “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal.dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai “ hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”.
Kebudayaan umat manusia mempunyai unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:[1]
  1. Sistem religi yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
  2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
  3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang: flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia.
  4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan, tulisan.
  5. Kesenian yang meliputi: seni patung/ pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, music, bangunan, kesusastraan, drama.
  6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan,perdagangan.
  7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi: produksi, distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata.
[2]Budaya adalah  suatu  pola hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga sering dianggap warisan genetis. Namun ketika seseorang berusaha untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan berusaha menyesuaikan perbedaan  tersebut, ini membuktikan  bahwa kebudayaan itu dipelajari. Kebudayaan  terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari yang normatif. Artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Kebudayaan telah diperluas dan didinamisasi, meskipun orang sering membedakan antara kebudayaan dan peradaban. Tetapi pada dasarnya  keduanya  menyatu dalam  pengertian kebudayaan  secara luas dan dinamis.
Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah timah telah ditemukan sebelumnya di Bintan, yang secara geografis lebih dekat hubungannya dengan Johor dan Siantan ? Apakah timah sebetulnya sudah ditemukan di Belitung ketika besi dihasilkan dari gunung Selumar ? timah di Bangka dengan pasti telah dihasilkan sebelum Wan Akup datang di Bangka pada tahun 1733. Jadi, bagaimana duduk perkara tahun 1709 yang sering disebut sebagai tahun penemuan timah dibangka.
  2. Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
Sistem religi, Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, Sistem pengetahuan, Bahasa, Kesenian, Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi, Sistem peralatan hidup atau teknologi.


C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui Sejarah Awal Penemuan Timah Bangka.
  2. Untuk mengetahui Pengertian Antropologi dan 7 unsur kebudayaan Bangka.
  3. Untuk mengetahui pengertian toponim Bangka.
  4. Untuk mengetahui Perubahan Pola Hidup Masyarakat Bangka.


































BAB II
PEMBAHASAAN

A.    Sejarah Awal Penemuan Timah Bangka
[3]Penemuan timah pertama kali di pulau Bangka memiliki beberapa versi. Setidaknya catatan yang ditulis oleh heidhues  menyebutkan tiga versi penemuan, yakni pada tahun 1707, 1709, dan tahun 1711. Awal pertama kali timah ditemukan di pulau Bintan, sebagaimana seluruh wilayah Kepulauan Riau, adalah bawahan Sriwijaya. Sesudah runtuhnya Sriwijaya, Bintan berdaulat dan tidak berada dibawah taklukan kerajaan lain di Sumatra.
Alasan yang mengatakan dugaan bahwa timah pertama kali ditemukaan di pulau Bintan pada awal abad ke – 13 sudah menjadi kerajaan yang terkenal, dan Negara ini mempunyai hubungan baik dengan Negara – negara semenanjung , yang telah mengenal timah jauh sebelumnya, yakni abad ke-5 secara geologis, bintan memang mengndung timah walaupun tidak kaya. Sebenarnya sebagian besar pulau-pulau riua yang terletak di antara Bangka dan Semenanjung, yang termasuk dalam “ sabuk Timah Asia Tenggara “ memang mengandung Timah.

Pulau Bangka pada tahun 1803 membagi penduduk Bangka pada waktu itu terbagi dalam 4 kasta, yaitu :
  1. Cina
  2. Melayu
  3. Orang bukit (disebut juga orang gunung / orang darat )
  4. Orang laut

B.     Pengertian Antropologi dan 7 unsur kebudayaan Bangka
Istilah Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu. Secara sederhana, pengertian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia.
menurut Koentjaraningrat, ahli Antropologi Indonesia,  Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat, serta kebudayaan yang dihasilkan.
Menurut William A Haviland, ahli Antropologi asal Amerika Serikat, Pengertian Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut, Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
Menurut Koentjaraningrat, antropologi memiliki 7 unsur kebudayaan :
  1. Sistem Realigi/ kepercayaan
Kepercayaan masyarakat terdiri dari unsur / komponen, yaitu emosi yang menyebabkan manusia bersikap religius. Komponen kepercayaan adalah sistem keyakinan yang mengandung segela keyakinan manusia tentang supranatural, wujud alam gaib, nilai dan norma dari kepercayaan, selanjutnya sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk mencari hubungan dengan dewa – dewa.Kepercayaan masyarakat mempunyai fungsi antara lain :[4]
a.       Produktif termasuk semua praktek yang menyangkut kegiatan produksi misalnya bercocok tanam, pembuatan alat, kegiatan dalam perdagangan dan lain – lain.
b.      Protektif / penolakan, termasuk segala praktek ilmu gaib untuk menghindari / menolak bencana. Misalnya tumbuhan ( tanaman) atau hewan dan praktek ilmu gaib untuk menyembuhkan penyakit manusia, seperti upacara tolak balak, tolak penyakit.
c.       Agresif, perbuatan ilmu gaib yang bertujuan merugikan, menyerang, menyakiti dan membunuh.
d.      Meramal, praktek meramal berdasarkan perhitungan ilmu perbintangan.
  1. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial
a.    Kulturasi, yang berarti kebudayaan.
1)      Nganggung
Nganggung merupakan budaya daerah Negeri Serumpun Sebalai. Budaya nganggung secara turun temurun sudah membudaya di masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Tradisi itu ialah Nganggung, yaitu sebuah kegiatan gotong royong kepala keluarga membawa dulang yang terbuat dari alumunium dan juga ada yang terbuat dari kuningan, berisi makanan sperti kue, nasi dan juga lauk-pauk ke mesjid atau langgar sesuai dengan status atau kemampuan tiap pintu rumah. Dulang ditutupi dengan tudung saji yang dibuat dari daun sejenis pandan atau sebagianya dan di beri warna menggunakan cat.
2)      Milang ari
Milang ari adalah upacara yang berhubungan dengan Crisis Rate, atau upacara yang berhubungan dengan tahapan kehidupan manusia khususnya yang berhubungan dengan kematian. Pihak keluarga yang meninggal dunia mengadakan sedekah untuk mengenang yang meninggal dunia, dimulai pada hari pertama sampai hari ketujuh, kemudian pada hari kedua puluh lima ( nyelawe ), empat puluh hari, seratus hari ( nyeratus ) kemudian seribu hari ( nyeribu ), kemudian dilaksanakan pada tiap tahun yang disebut Naun.
b.      Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Contohnya Tari Batak Sejak dulu orang Batak tinggal di berbagai wilayah medan Sumatra utara baik di daerah terpencil maupun di dalam pusat kota medan Sumatra utara. Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Batak. Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Batak dengan suku jawa pun berbeda dengan tercipta tari cokek, lenong, dan gambang kromong.
c.       Asimilasi, percampuran dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan. Contohnya Tika adalah orang Batak yang menyukai tarian tor-tor. Ia berteman baik dengan Rizki yang merupakan orang Bangka dan bisa menari dengan tarian tradisionalnya yaitu tarian campak. Karena keduanya terus menerus berinteraksi, maka terjadilah percampuran budaya yang menghasilkan budaya baru. Maksudnya.. Tika akhirnya punya tarian baru yang merupakan hasil penyatuan tarian Batak dan tarian campak, tetapi tarian barunya ngga mirip sama tarian Batak atau tarian campak.
  1. Sistem pengetahuan
meliputi pengetahuan tentang: flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia.
a.       Flora dan fauna
Di dalam wilayah kota pangkal pinang jenis tanaman ( flora  ) yang dominan adalah kelapa, karet, buah-buahan dan lada yang terdapat disepanjang utara sampai timur di pesisir laut cina selatan. Sedangkan dalam hal fauna, kota pangkalpinang terkenal akan hasil laut dan beberapa hasil perikanan darat. Dalam penduduk keturanan tionghoa binatang piaraan yang populasinya adalah binatang anjing.
  1. Bahasa
[5]Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan, tulisan. Berdasarkan Schets-taalkaart atau peta bahasa dari Residen Bangka terbitan tahun 1889 Masehi yang disusun oleh K.F. Holle, seorang penasihat kehormatan penduduk pribumi, melalui data yang diberikan oleh pejabat Administrasi Pemerintahan Dalam Negeri , bekerjasama dengan Biro Topografi di Batavia ( Biro didirikan tanggal 25 Februari 1864 ), dinyatakan, bahwa terdapat enam dialek bahasa yang dipergunakan oleh masyrakat di Keresidenan Bangka yaitu Daratsche dialecten ( dialek orang darat ), Maporeesch dialecten ( dialek Mapor ), Chineesch dialecten ( dialek Cina), Rijau – Lingga dialecten ( dialek Riau – Lingga), Bangka Maleisch dialecten ( dialek Melayu Bangka), dan Sekaahsch dialecten ( dialek Sekak ).
1)   Dialek
     Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda menurut pemakai atau penutur bahasa. Dialek atau variasi bahasa berdasarkan Schets – Taalkaart atau Peta Bahasa dari Residen Bangka di atas menunjukkan, bahwa variasi bahasa yang digunakan lebih cenderung pada dialek sosial karena perbedaannya terletak pada golongan tertentu atau etnis tertentu di masyarakat sebagai penuturnya yaitu orang melayu dengan dialek Bangkanya dengan jumlah penutur sekitar 4.903 penutur, orang Cina dengan dialek Cinanya dengan jumlah penutur sekitar 10.052 penutup dan orang Mapor dengan dialek Mapornya, serta orang Riau Lingga dengan dialek Riau Lingganya, kemudian dialek yang berkembang di Keresidenan Bangka juga didasarkan pada dialek regional karena penuturnya tinggal ditempat atau wilayah tertentu seperti orang pribumi Bangka dengan dialek daratnya dan orang laut pribumi Bangka dengan dialek Sekaknya. Jumlah penutur pribumi Bangka orang darat dan orang laut berkisar sekitar 26.291 penutur.
     Dialek atau variasi bahasa sebagai bagian dari ragam bahasa di pulau Bangka sangat penting untuk dipelajari mengingat bahasa indonesi yang kita gunakan sekarang berasal dari bahasa melayu dari melayu kuno.
2)   Pengaruh bahasa Cina dalam kegiatan pertambangan Timah di Bangka
     [6]Istilah dalam bahasa cina yang digunakan rutin dalam kegiatan penambangan timah.
Istilah dari peralatan Bor
Istilah dalam pekerjaan Bor
Istilah jenis lapisan tanah
Cam     
Cikulin


Lincin

Tongkok sa Tongkong kiok


Lok sok
= bor
= auger, bor spiral

= lonceng bor

= kunci buluh
= pipa bersepatu
(pipa pertama )
= tali cabut pipa
-          Kiam kiam = memompa dengan cepat atau tumbuk rapat-rapat
-          Jau (yaw) = goyang
-          Pang = cabut
-          Pang nai = cabut lonceng
-          Pang liaw = cabut habis
-          Ngiw = tekan
-          Kim = tekan
-          Sui = air
-          Tun = tumbuk

-          Kak = lapisan lempung
-          Min sa kak = lemung pasir kasar
-          Fau sa kak = lempung keras
-          Lo ko kak = kerikil lempung
-          Fo saw sa = lapisan pasir halus padat tersementasi
-          Bu nai = lempung lemah hitam
-          Let si koy = lapisan tanah bersian
-          Kong = batuan dasar, bed rock
-          Tap kong = diatas kong
-          Kaksa = lapisan timah di atras kong
-          Sung sa = pasir naik
-          Miensa kak = pasir kasar hasil pelapukan bed rock
-          Lo ko kak = lapisan kerikil lempung
-          Su yap = lapisan humus daun












  1. Kesenian
Kesenian yang meliputi, seni patung/ pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, music, bangunan, kesusastraan, drama.
a)      Alat Musik Tradisional Kota Pangkalpinang
Musik adalah suatu pernyataan jiwa ataupun isi hati seseorang atau sekelompok orang, yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk bunyi-bunyian, yang dilengkapi dengan melodi, irama (ritme) serta tempo yang teratur sehingga melahirkan bunyi yang harmoni dan indah. Seni musik merupakan salah satu kesatuan yang erat hubungannya dengan sejarah peradaban manusia, tempat manusia mencurahkan perasaan hatinya, melukiskan getaran jiwa, khayalan dan imajinasi dalam pikiran.
Seni musik adalah cerminan dari tiap-tiap peristiwa didalam sejarah peradaban manusia, dan merupakan salah satu syarat penting dalam kehidupan umat manusia. Music memiliki fungsi-fungsi antara lain :
1)      Fungsi individual, yaitu memberikan kepuasan batin bagi penciptanya
2)      Fungsi sosial, yaitu dipakai dalam upacara adat, sebagai alat hiburan, dan lain-lain.
Bentuk musik dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : Musik vocal, Musik instrumental dan Musik campuran
Ada beberapa aliran atau jenis musik, antara lain :
1)      Musik tradisional
Musik tradisional adalah musik yang memiliki aliran ataupun faham tradisi atau adat. Keberadaan music tradisional berkaitan dengan adat istiadat yang terdapat dalam suatu masyarakat
2)      Musik daerah
Musik daerah dapat dianggap sebagai pengembangan dari musik tradisional, dan tidak terlalu terikat pada adat istiadat.
3)      Musik modern
Musik modern merupakan hasil interaksi dengan masyarakat penggemarnya dan sesuai dengan kemajuan zaman.

b)      alat musik tradisional yang ada di pangkalpinang antara lain :
1)      Dambus
“Dambus“ ( ada yang menyebutnya gambus) sebenarnya berasal daerah lain, namun demikian sudah lama dikenal serta digunakan oleh masyarakat pangkalpinang secara turun-temurun.
2)      Gendang
Gendang biasanya dipakai untuk mengiringi permainan gitar dambus, campak, atau bedaek. Gentang juga dipakai untuk mengiringi arak-arakan penganten, upacara menyambut tamu, dan lain-lain. Keberadaan gendang dalam sejarah musik melayu sudah lama ada seiring sengan perkembangan musik melayu. Jenis-jenis gendang antara lain : Gendang biasa dan Gendang hadrah.
3)      Gong
Gong merupakan alat music pengiring alat-alat music yang lain, terbuat dari logam kuningan dalam ukuran yang besar, bahkan ada yang garis tawangnya melebihi 1 meter.
4)      Kelinang
Kelinang terbuat dari logam kuningan dengan bentuk menyerupai gong, namun lebih kecil. Ukuran lingkaran tawangnya +18 cm dengan panjang tawangan +10 cm. seperangkat terdiri dari 5 buah, dengan nada yang berbeda.
5)      Tawak-tawak
Tawak-tawak berbentuk sama dengan kelinang, hanya ukurannya saja yang lebih besar. Panjang tawangan berkisar antara 10-15 cm. garis tengah lingkaran tawang mencapai 40-45 cm. dimainkan dengan cara sama dengan kelinang. Dipakai dalam hampir semua music tradisional, kecuali hadrah.
c)      Bangunan tata kota Pangkalpinang
kelenteng kwan tiem miaw, GPDI “ maranata, kubur belanda ( kerkhop ), masjid jamik, museum timah, gereja, makam-makam tua orang cina dan pemakaman sentosa, perkembangan agama khatolik, seperti gereja cathedral dan sekolah misi dipangkalpinang, tugu pergerakan kemerdekaan, rumah residen dan bangunan disekitarnya, taman kota taman sari, rumah sakit bakti timah, menara air minum, wisma timah 1, mesjid al-mukarrom Tuatunu, post telegraaf en telefoondienst ( ptt ), hsc ( hollaandsch-chineesche school ).
  1. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi.
Sistem yang meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan,perdagangan.
a)      Ngelapun atau berasuk
[7]Sumber perekonomian utama Bangka masa lalu adalah berladang yang disebut beume, selain beume, masyarakat melakukan pekerjaan lain seperti mencari ikan disungai dengan menggunakan kail atau pancing, yang disebut ngebanjur atau ngerawi, menggunakan tekalek ( sejenis bubu dalam ukuran yang kecil ), serumbung ( bambu yang diberi lobang untuk perangkap) dan bubu ( alat perangkap yang terbuat dari anyaman bamboo atau rotan ), disamping itu untuk menangkap ikan masyarakat juga sering menggunakan tuba ( sejenis tumbuhan yang digunakan untuk meracuni ikan ).
Untuk menagkap ikan disungai, masyarakat juga biasanya melakukannya dengan cara bergotong royong bersama melalui aktivitas seperti ngempeng ( menutup aliran anak sungai ), ngeroh aik ( membuat air menjadi keruh ), dan nirok nanggok ( menangkap ikan dengan alat sejenis tombak dan tanggok ). Kemudian masyarakat juga berburu binatang dan mencari lebah dihutan untuk diambil madunya. Kegiatan berburu binatang seperti burung biasanya dilakukan dengan menggunakan repas atau penangkap yang didalamnya diletakkan penganti yaitu burung betina sebagai pemikat, kemudian juga digunakan pulut, yaitu sejenis ramuuan yang lengket terbuat dari campuran getah-getah pohon. Kemudian secara berkelompok masyarakat berburu binatang seperti kijang, pelanduk, dan rusa yang disebut dengan kegiatan belapun atau berasuk.
b)      Musung madu
Musung adalah kegiatan mencari dan megumpulkan madu lebah yang dalam bahasa Bangka disebut dengan aik madu. Lebah-lebah yang hidup dihutan diambil madunya dengan cara dipusung yaitu membuat lebah meninggalkan sarangnya dengan cara menggunakan asap. Dihutan pulau Bangka banyak terdapat lebah yang menghasilkan madu berkualitas dengan rasa sesuai dengan bunga pohon yang dihisap oleh lebah. Jenis-jenis rasa madu tersebut misalnya bisa rasa pahit, karena lebah menghisap bunga atau kembang dari pohon pelawan, kemudian bisa terasa manis bila lebah menghisap bunga dari pohon sama, pohon pulas dan pohon mesira.
Kegiatan musung madu dilakukan secara berkelompok, biasanya dimulai dengan mencari lokasi tembat lebah bersarang. Berdasarkan lokasi tempatnya bersarang, madu dapat dibedakan atas dua jenis yaitu Madu Suangau dan Madu Dahan. Bila menemukan sarang madu biasanya diberi tanda dengan menakel pohon tempat madu bersarang dengan tanda tertentu dan diberi syarat dengan jampi agar madu tersebut tidak diganggu atau diambil oleh orang lain.
Bila sarang lebah yang ditemukan bagian bawah sarangnya telah membesar perulun (kantung –kantung air madu) telah penuh dan bagian sarang yang tipis berisi anak-anak lebah (air madu dan air madu berada dalam kantung terbuat dari lilin), maka sarang lebah tersebut sudah disiap untuk dipusung. Sebelum melakukan pemusungan perlu disiapkan peralatan memusung yang disebut nyenyamu, terbuat dari kumpulan dari ranting kayu kering sepanjang sekitar satu meter, dengan ukuran selebar paha orang dewasa. Ranting kering lalu dibungkus atau dibalut dengan dedaunan hijau dari tunas-tunas kayu sepanjang satu meter, setelah dibalut rata dengan dedaunan tadi, lalu dibalut dengan tali ketakung atau ketuyut, atau jenis akar kayu lainnya.
Bila nyenyamu sudah siap, maka dibakar pada bagian nyenyamu yang lebih kecil, bila api  telah merata memakan ranting kering dalam lilitan yang dibungkus tunas-tunas kayu  basah tadi, maka akan keluar asap pekat dari bagian nyenyamu yang lebih besar. Bila madu yang  dipusung itu madu sunggau, pemusung tidak perlu naik keatas pohon akan tetapi cukup memulai pengasapan dari bagian pangkal sunggau dengan asap yang keluar dari bagian nyenyamu yang lebih besar.
  1. Sistem peralatan hidup atau teknologi
Sistem yang meliputi: produksi, distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata.
a)      Pakaian dan perhiasan
Pakaian adat pangkalpinang memiliki kesamaan dan identik dengan pakaian adat melayu di kepulauan Riau terutama pada corak dan model pakaian, pada warna dan tenunan sutera tampak pula adanya nuansa budaya cina.
[8]Pakaian dan perhiasan pengantin adat paksian pangkalpinang Bangka Belitung terdiri dari :
1)      Pakaian pengantin perempuan
Baju atas dinamakan baju kurung warna merah atau warna ungu biasanya terbuat dari bahan sutra atau bludru yang zaman dulu disebut baju seting dengan hiasan manik-manik dan dilengkapi dengan penutup dada yang dinamkan teratai, kemudian pengantin dilengkapi dengan hiasan kepala yang disebut paksian. Hiasan kepala dilengkapi asesoris berupa konde tilang yang terbuat dari gulungan atau lipatan daun pandan yang didalamnya diisi bunga rampai, kemudian pengantin menggunakan sarung tangan, sebelumnya pada jari kuku mempelai perempuan dihiasi dengan inai atau daun pacar, kaki menggunakan kaos kaki dan selop hitam. Roncean melati sering dipasang pada sanggul sisi kiri dan kanan untuk keindahan dan keharuman. Baju pengantin untuk sekarang sudah ditambahkan dengan hiasan payet atau manik-manik.
2)      Pakaian pengantin laki-laki
Pakaian pengantin laki-laki bewarna merah atau warna ungu dan biasanya dari bahan beludru dengan hiasan manik-manik. Busana yang dikenakan pengantin laki-laki terdiri dari jubah panjang sebatas lutut dilengkapi dengan selempang di bahu, penutup kepala memakai sorban atau sungkon, pada bagian bawah pengantin pria memakai celana panjang, bagian pinggang memakai pending, mengenakan selop/sandal Arab, kaki memakai sarung tangan, jari kuku mempelai laki-laki dihiasi dengan inai atau daun pacar.
b)      Senjata
1)      Kedik
Merupakan alat tradisional yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan terutama di kebun lada. Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada. Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.
2)      Parang
Parang adalah senjata tajam yang terbuat dari besi biasa. Bentuknya relatif sederhana tanpa pernak pernik. Kegunaannya adalah sebagai alat potong atau alat tebas (terutama selak belukar) kala penggunanya keluar masuk hutan. Parang juga digunakan untuk pertanian.
Contohnya Parang Badau dikenal masyarakat Bangka dengan sebutan Parang Belitung. Oleh masyarakat di sana Parang Belitung diyakini menyimpan nilai mistis. Bentuknya seperti layar kapal. Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjata ini mirip dengan golok di Jawa, namun ujung parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan untuk menebang pohon karena bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.





C.    Toponim
[9]Toponim adalah gambaran tentang karakteristik kota khususnya di daerah Bangka Belitung, secara filosofis dan dari sisi sejarah dalam penamaannya. melalui penyebaranluasan informasi yang penuh dengan nilai sejarah dan kandungan budaya serta nilai-nilai filosofisnya dan pengenalan tentang toponim kota khususnya Bangka Belitung.
1)      Pangkal pinang
Pangkal pinang adalah salah satu kota bersejarah di Indonesia. pembentukan kota pangkalpinang dimulai sejak adanya perintah sultan susuhunan Ahmad Najamuddin Adi kesumo ( memerintah pada tahun  1758-1776 ) kepada abang Pahang bergelar tumuggung dita menggala dan kepada depati serta batin-batin, baik batin pesira maupun batin pengandang dan kepada para krio yang ada dipulau Bangka untuk mencari pangkal atang pengkal sebagai tempat kedudukan demang dan jenang yang bertugas mengawasi parit-parit penambangan timah, mengawasi pekerja-pekerja yang disebut kuli tambang dari cina, siam, kocin, dan melayu. hingga sampai kesultanan Palembang Darussalam. diantara pangkal atau pengkal pada masa itu adalah pangkal bendul, bijat, bunut, rambat, parit sungai buluh, tempilang, lajang, sungailiat, cegal, pangkal koba, balar, toboali, dan pangkalpinang yang kita kenal sekarang.
Proses pembentukan kota pangkalpinang menjadi sebuah kota seperti sekarang sangatlah panjang dan berakar, dimulai dari ditemukannya biji timah yang terkandung hampir diseluruh pelosok pulau Bangka, seperti eksploitasi timah dan hasil bumi pulau Bangka seperti lada putih, karet dan dammar oleh berbagai bangsa.
struktur kota pangkalpinang pada awalnya hanyalah sebuah pangkal atau pengkal penggumpul timah dengan parit-parit timahnya dan pemungkiman disekitar sungai rangkui dan sungai pedindang yang membelah kota pangkalpinang.

D.    Perubahan Pola Hidup Masyarakat Bangka
Kedatangan pekerja-pekerja china, sejak tahun 1733 ke pulau bangka, memberi perubahan pada rona kehidupan sosial di bangka. Masyarakat cina muncul sebagai suatu rona masyarakat baru di pulau bangka. Pada awalnya pola kehidupan penduduk pribumi tidak mengalami perubahan dengan datangnya masyarakat baru ini. Karena kedua macam masyarakat ini berkembang pada sektor kehidupan yang berbeda. Orang pribumi ( orang laut dan orang gunung / darat ) memusatkan diri dalam kehidupan bercocok tanam dan nelayan, sedangkan pendatang cina memusatkan diri hanya dalam kehidupan pertambangan timah.
Dimasa itu masyarakat pribumi bangka masih tercirikan dalam tiga katagori  yang terpisah, yakni orang laut ( disebut juga orang sekak ) yang menempati pantai-pantai serta bersifat semi nomaden, dan orang gunung ( disebut juga orang darat ) yang menempati daerah pedalaman yang terpencil ( remote ) yang juga bersifat semi menetap, dan orang melayu. Secara keseluruhan mereka tidak terbentuk dalam kesatuan masyarakat. Bahkan mereka belum juga dapat disebut sebagai kelompok masyarakatkarena sifat individual di dalam kelompok tersebut masih tinggi. Mereka masih terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok kecil namun corak kehidupannya memiliki kemiripan.
Kumpulan-kumpulan masyarakat kecil ini, yang tinggal bertebaran, mempunyai kepala atau pimpinan. Gajahmada, ketika menjelajahi banyak tempat di bangka ( 1293 ), melantik orang-orang setempat untuk menjadi penguasa kampung, antara lain di desa panji, di ponggor dikaki gunung menumbing, jeruk, dan mendo. Mereka telah memiliki bata-bata wilayahnya. Wilayah yang besar atau mungkin berpenduduk padat dipimpin oleh seorang penguasa dengan pangkat patih. Seperti patih tali untuk wilayah mendo dan patih pandang jiwa untuk jeruk. Karena bangka dianggap tidak menghasilkan suatu yang tidak bermanfaat, maka pulau ini dilepas dari pegawasannya. Sangat mungkin penataan masyarakat itu kemudian menghilang.   



















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal – hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.Antopologi merupakan hubungan manusia dengan kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:
1.      Sistem religi yang meliputi : sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
2.      Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
3.      Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang: flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia.
4.      Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan, tulisan.
5.      Kesenian yang meliputi: seni patung/ pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, music, bangunan, kesusastraan, drama.
6.      Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan,perdagangan.
7.      Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi: produksi, distribusi, transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata.
Kebudayaan mempunyai hubungan yang saling keterkaitan baik sejarah, kebudayaan, antropologi, sosiologi, ekonomi, psikologis, georafis, maupun ilmu politik.

B.     Saran
Agar pembaca maupun para mahasiswa lainnya tahu akan pentingnya kebudayaan Bangka Belitung tempo dulu dan masa sekarang. Banyak hal yang menyangkut dari kebudayaan tersebut, baik itu dari 7 unsur menurut  Koentjaraningrat seperti yang telah kami bahas pada makalah yang telah kami buat. Dari pembahasan yang telah kami susun kita harus menjaga dan melestarikannya agar kebudayaan kita yang ada di Bangka Belitung tidak punah.






































DAFTAR PUSTAKA

Sujitno, Sutedjo . 2007. Sejarah Penambangan Timah di Indonesia. Bangka : PT. TIMAH ( Tbk ).
Sujitno, Sutedjo. 1996.  Sejarah Timah Indonesia. Bangka : PT Gramedia Pustaka Utama.
Elvian, Akhmad. 2015. Memarung, Panggung, Bubung, Kampung & Nganggung. Pangkalpinang: Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Elvian, Akhmad. dkk. 2015. Ungkapan tradisional kota Pangkalpinang. Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Elvian, Akhmad. Karnawati, Tricahya. 2015. Pakaian adat dan pakaian adat pengantin paksian serta upacara adat perkawinan kota Pangkalpinang. Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Elvian, Akhmad. 2015. Toponim kota Pangkalpinang. Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga.
Ibrahim. Sari, Nirwara dkk. 2007. Koba dalam historiografi. Koba : Badan Penerbitan Filsafat UGM.
Elvian akhmad, mulawarman arie dkk. 2005. Sejarah dan budaya pangkalpinang, Pangkalpinang : Bidang kebudayaan dinas kebudayaan dan pariwisata.


[2] Soerjono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar.hlm 154 - 155

[3] Sutedjo Sujitno, Sejarah Timah Indonesia ( Bangka : PT Gramedia Pustaka Utama, 1996)
[4] Akhmad Elvian, Memarung, Panggung, Bubung, Kampung & Nganggung ( Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, 2015 ) hlm 29,  48
[5] Akhmad Elvian, Memarung, Panggung, Bubung, Kampung & Nganggung ( Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, 2015 ) hlm 89 - 94
[6] Sutedjo Sujitno, Sejarah Penambangan Timah di Indonesia ( Bangka : PT. TIMAH ( Tbk ), 2007 )
[7] Akhmad Elvian, Memarung, Panggung, Bubung, Kampung & Nganggung ( Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, 2015 ) hlm 62 – 67
[8] Akhmad Elvian. Tricahya Karnawati, Pakaian adat dan pakaian adat pengantin paksian serta upacara adat perkawinan kota Pangkalpinang ( Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, 2015 )
[9] Akhmad Elvian, Toponim kota Pangkalpinang. Pangkalpinang : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, 2015 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar